Selasa, 03 Oktober 2017
Yaa Allah
Rabu, 27 September 2017
Asadul Usad
Kamu dan aku, ibu yang selalu berjuang untuk mu jiwa raga karena DIA.
Maafkan aku yang tak bisa bertahan demi keutuhan kita selayaknya keluarga kecil bahagia. Semoga kamu sebersyukur aku, tanpa seorang ayah yang mendampingi kita di peraduan malam., yang bekerja keras dunia akhirat untuk kita dengan keringat dan doanya, yang menjaga kita dengan darah dan dagingnya. Tenang nak, DIA sudah mepersiapkan surga untuk kita tinggal didalamnya. Dengan seorang ayah yang jauh lebih baik dari sekedar bentuknya di dunia. In shaa Allah...
Meski pedih, selalu kurelakan. Meski sedih, selalu kulepaskan. Melihat wajah mu, terbayarkan segala beban. Mungkin ini yang ibuku lakukan di saat aku kecil dulu hingga sekarang nak.. berjuang, sendiri! Dengan segala ketulusan, agar kamu mendapatkan artinya sebuah cinta yang selalu bisa merelakan dan melepaskan..
Makan lah nak, agar lekas besar badanmu. Baca lah nak agar lekas kaya akalmu, tidurlah nak agar lekas bijaksana jiwa mu. Jangan lupa berdoa nak, agar lekas abadi kita nanti...
Asadul Usad, aku janji nak, kuletakkan kepalaku untuk siapapun yang menyakitimu dan ibuku. Sekalipun itu diriku di dalam ke aku an ku.. anak ku sayang, tumbuh lah nak, jiwa raga, karena DIA. Seburuk apapun dunia, sebaik apapun dunia. Taklukkanlah. Karena aku mencontohkanmu demikian. Jangan pernah takut disakiti, menangislah dan menyerahlah bila kau tak sanggup, tapi hanya kepadaNYA. Ingat, kita hanya manusia, DIA yang maha sanggup. Relakan, lepaskan... ikhlaskan... maka lebih dari jutaan pertolonganNYA akan selalu berdatangan padamu.
Aku selalu bangga pada mu yang kemarin, sekarang meski esok belum tiba. Berbuat baiklah, agar nantinya keburukan lelah menyapamu. Aku jaga kamu for ever hingga aku harus melepasmu karena NYA.
Jadilah seperti namamu, Asadul Usad, singa dari segala singa. Kamu singa ku yang terbaik, dan paling aku banggakan. Aku, ibuku, jaga, terjaga dalam ridho NYA. Hingga tak lagi kurang keberadaan kita bertiga. Ini "rumah" kita, sayangku... biar tanpa sesiapapun yang menjaga kita, karena hanya DIA yang tak pernah pergi.
Ku ikhlaskan kamu dengan Bismillahhirrohmanirrohim.. laahaulaa walaaquwwata illabillah... Allahuakbar!
Senin, 07 Agustus 2017
Hingga nanti
Memasuki masa yang mendekati akhir hidup adalah menikah
Memutuskan dengan siapa menghabiskannya
Karena menikah bukan sekedar menjalankan kewajiban agama
Atau hanya meneruskan generasi
Menikah adalah keputusan hebat dalam taraf hidup manusia
Dengan siapa dan latar belakang apa
Kematangan pilihan yang tak hanya berbekal cinta atau kenyamanan atau bahkan hanya karena memenuhi karakter sempurna
Menikah adalah mengumpulkan seluruh rasa dan memusatkannya kepada seorang yang akan kau bagi
Memutuskannya adalah perjalanan panjang
Mempertimbangkannya adalah permainan
Dan memikirkannya adalah kesia-siaan
Hati memilih dan logika memutuskan?
Buatku hati dan logika adalah kesatuan keseimbangan dari pemikiran, pertimbangan dan keputusan
Melupakan beberapa kenangan mengubur dan menutupnya erat-erat agar esensi pernikahan dengan seseorang yang tak hanya jadi kenangan, menjadi terbilangkan.
Tujuanmu adalah untuk bahagia?
Bahagia adalah way of life
Dan pernikahan bukan way of life tapi statement
Minggu, 04 Juni 2017
Aku dan nyanyianku
Aku mau selalu bernyanyi dalam segala perasaan yang kupunya
Dalam keadaan bersih dan wangi
Aku ungkapkan bahwa ini adalah jalanku
Aku akan selalu bernyanyi meski apapun
Hingga DIA berkata "berhentilah"
Lepaskan mimpi dalam nyanyianku dan mengajak yang lainnya untuk tak tenggelam pada naifnya dunia.. hanya bergabgi kasih dan melepaskan ribuan cinta...
Ingat bawa Dia ada di sini, dan tidak menghancurkan segala yang ada...
Aku dan nyanyianku
I guess that's an effort of being true
Rabu, 31 Mei 2017
Kebodohan seorang aku
Berapa banyak lagi buku yang harus ku baca, sedangkan mata ini tak sanggup mencerna!
Berapa banyak lagi kesenangan dan kepedihan yang harus kujalani, sedangkan kalbu ini mulai membisu
Aku tak butuh diberitahu, aku hanya butuh tanganmu untuk meraihku
Sudah.. itu saja..
Coba sekali ini kau dengarkan.. ini lah hidup ku.. apa adanya
Aku tak mengada-ada dan menambahkan apalagi mengurangi
Segala kelemahanku, kegelapan masa ku, keberengsekanku...
Tapi tak seperti anggapanmu... bisa terurai jiwa ku semakin berkeras menjelaskan padamu
Aarrgghh biarkan saja...
Aku tak sepandai mereka yang bicara di sana demi nama baiknya..
Aku hanya bicara apa adanya
Tak seperti yang kau lihat, tak seperti apa yang kau bayangkan...
Aku hanya bodoh..
Tak tau bagaimana menjadi palsu demi sebuah "nama"
Aku hanya bodoh..
Tak tau bagaimana berkata dan berlaku baik seperti ukuranmu...
Sudahlaaaaahhh.. aku lelah... terserah saja.. semua terlihat sendiri dari caraku perlakukan mu...
Minggu, 02 April 2017
Aku hanya perlu bersyukur dan melihat tanpa mata
Lalu mencoba membandingkan ke dalam. Bicara dengan beberapa tukang yang sedang membangun rumah di sebelah rumah ku. Mereka bersyukur dan berbahagia atas apa yang sedang mereka jalani. Bisa menghidupi keluarga meski dengan tenaga yang tak imbang dengan yang mereka keluarkan. Menurutku.. Tapi setidaknya mereka tak menjadikan itu ukuran untuk penghasilan dan pemasukannya.
Dan seorang teman jauh tiba2 datang, sudah berkali2 hilang ditelan alam dan muncul lalu kembali hilang. Out ouf space. Kami bicara lumayan lama semalaman hingga pagi tiba. Dia sama persis seperti teman ku yang adalah kenalan seorang teman juga.
Kemudian dia duduk di lantai dan berkata “alam itu indah dan tidak memiliki kejahatan sedikitpun. Aku selalu diterima.” Lalu aku tanya “niatmu memperbaiki hidup untuk mengurus ibu bapakmu lalu kamu serahkan sama alam?”… Dengan santai nya dia berkata “aku cuma harus minta sama Sang Penguasa alam, agar alam mengijinkanku memanfaatkannya untuk mengurus ibu dan bapakku dalam kesederhanaan, kebahagiaan dan kecukupan. Semua ada di sini put.” *sambil menunjuk ke angin sekitarnya nya*.
Lalu aku temukan arti yang besar di sana. Lalu ku ceritakan semua yang sedang kualami. Hampir semuanya. Lalu dia terdiam dan hanya berkata atas panjang lebar ku itu, “cinta itu luas, ibu bapak anak saudara teman kekasih, kita hanya perlu merasakannya tanpa keinginan untuk dibalas. Maka alam yang berbicara. Rasa sakit dan kecewa hanya akan menjadi hiasan, relakan saja, biar Sang Penguasa alam memainkan perannya, lalu liat kedepan, biarkan daun dan hujan yang menggantikannya dengan ribuan cinta yang luas.”
Jadi aku… Mengapa banyak ombak di laut, mengapa tak hanya diam, karena alam mengijinkannya untuk bersatu dengan partikel lain, tanah, pasir, mahluk hidup lainnya, udara, bahkan hal2 gaib di dalamnya. Mengapa hujan selalu datang dan pergi, karena tujuannya hanya memberikan kebahagiaan, jika kita mau melihatnya. Tapi manusia mengijinkan untuk merusaknya dan lalu berlebihan memukul ke dalam kehidupan. Pohon, daun, bahkan semak, mereka menggantikan kekecewaan dengan keadilan bagi seluruh manusia, bernafas lega dan mensyukuri nafas itu sendiri.. Banyak menghukum diri sehingga lupa nikmatnya bernafas.
Aku tak mencoba memotivasi diri ku pada saat ini, tapi tulisanku hanya sebagai rasa syukur ku atas warna kehidupan yang tergores begitu banyaknya di dalam kertas perjalanan ku. Aku tak lagi mau berjuang demi keinginanku, biar saja, aku jalani peran ini, berdoa untuk kasih sayang NYA dan memberikan kasih sayang ku untuk cinta2 yang luas... penuh manusia dengan ketidak ada an… Yang menurutku tidak ada. Mereka merasa cukup dan bahagia. Setidaknya disaat mata ini melihat.
Minggu, 12 Maret 2017
Dan kubiarkan mata ini melihatnya
Seketika aku tak bisa bernafas
Hingga jatuh airmata
Dan tak pernah ada kita..
Karena dia selalu.. pulang...
Pulang...
Aku bukan rumah
Tak ada kita...
Kubasuh diri
Kembali.. pulang...
Pada NYA
Aku terima
Aku akan tetap berjalan
Atas ingin MU
Selasa, 07 Maret 2017
Such a tragedy
It is such an ironic, when you have faith in God, and make your wish in togetherness, but only you who is praying...
It is such a blessing....
Minggu, 05 Februari 2017
Minggu, 15 Januari 2017
Aku tak ingin meminta lebih
Kamis, 12 Januari 2017
Kemarin, sekarang dan entah sampai kapan
Dalam heningnya ruang berbatas ukuran sekian meter persegi ini, aku menyatakan bahwa aku kehilangan sebagian besar status "rasa" ku. Yang aku tak tahu bagaimana seharusnya, bagaimana idealnya.
Sedikit menghirup udara malam yang tak sehat bagi kesehatan *katanya*, ditemani dengan beberapa batang rokok, yang juga tak sehat *katanya dan aku sedikit yakin, tapi sudahlah*, aku bs berfikir mungkin lebih luas ketimbang sebelumnya...
Tidak ada drama, hanya kepekaan saja. Mungkin aku menyikapinya agak berlebihan. Aku tenggelam, hampair tak sanggup bangun, tapi aku mau.
Aku jadi manusia yang berbeda selama beberapa bulan yang menakjubkan ini. Aku belajar banyak hal, bukan dari buku, tapi dari "berbagi"...
Namun, apa?
Berhenti mencari jawaban, berhenti berharap dijawab, dan berhentimenjadi palsu. Karena ternyata apa yang kuacari sesungguhnya pun mencari aku.
Biasakan tersenyum. Hanya tersenyum saja, apapun itu..
Berikan ruang, *katanya*
Apun predikatku, yang aku yakin cuma 1, Allah swt itu "ada" jadi stop berargumen tentang apapun, He is the best planner, director dkk...
Senin, 09 Januari 2017
Dalam satu keyakinan
Nafasku tersengal, aku tak berlari
Dalam satu keyakinan
Ketika hidup berkata "berhenti", DIA berbisik "berjalanlah"
Aku tak ingin ada keinginan
Cukup...
Aku tak ingin... ada keinginan...
Cameo...
Dalam satu keyakinan
Kenapa tak bisa kau lihat???
Aku hampir tak bergerak
Katamu bisa merasakan? Lihatlah... coba lihat...
Ini rumahku, masuklah kedalamnya dengan ketulusan
Dalam satu keyakinan
----------
Selasa, 03 Januari 2017
Meratapi kebahagiaan
Ada bulan bersinar terangnya..,
Lalu mengapa hujan?
Dia disisi ku, jadi nya indah...
Kufahami tekstur wajahnya..
Gerak tubuh hingga ritme nafasnya..
Subhanallah.. jiwaku tertinggal disana.. iya disana..
Daun.. angin.. hujan... dia...
Indah...
Lalu senyumku terrenggut.. sesuatu merebutnya dari ku..
Dia menghilang seketika.. hanya seketika..
Lalu kembali lagi padaku..
Pedih,, Tuhanku, lalu aku harus apa?
Menari saja.. membawa nada Mu dalam darahku
Membiarkannya tenggelam dalam detak jantungku..
Merelakannya menetes dalam ratapan kebahagiaan...
Aku dekap Kau atas keindahanMu..
Sempitnya waktu akan kunikmati, memujaMu dalam keheningan..
Merelakan ketentuanMu, meski pedih..
Tuhan... aku mohon, cintai lah orang yang mencintaiku karena Mu...
---kodok----
Kadang mungkin mengikhlaskan sesuatu adalah jalan yg teraman dan ternyaman. Tubuh terasa dipenuhi "keakuan" tak mampu mengangkatnya satu persatu.
Bahkan sering terlupa bahwa hidup tak selamanya tertuju kepada satu arah pandang. Menikmati rasa bukan mencoba.. mensyukuri saat, bukan memaksa...
Lalu bertanya tanpa harapan. Helpless... layaknya sayap pada burung yang tak tau dibawa kemana, terbang saja. Segala sesuatu akan memilih jalannya. Maka tak harus dipaksa. Meski hanya oleh rasa.
Buka mata, jelaskan pada NYA bahwa tak perlu memohon pun DIA tau apa yg ada. Elegi yang tercipta hanya kreasi manusia. Bahkan denyut nadi dapat dimanipulasi, tapi jiwa, begitu adanya. Biarkan memilih. Bermain dalam keprematuran sangat riskan. Menari lah, tapi bayangkan dulu musiknya.. seperti itu saja... dia pasti tauu.. dia pastii tauuu.. dan Ia mengijinkannya..