Minggu, 15 Januari 2017

Aku tak ingin meminta lebih

Aku tak ingin meminta lebih...

Bahkan waktu dan keadaan
Aku terbiasa menginginkannya
Bahkan hanya untuk ku saja

Tuhan...
Aku tak ingin meminta lebih
Biarlah keadaanku ini, kujalani saja
Aku tau, Kau dengar do'a ku

Aku tak ingin meminta lebih...

Demi air dan udara, serta alam seisinya...
Lemahku membawa jiwa ini terombang ambing
Aku berhenti..
Lalu itu sudah...

Aku tak ingin meminta lebih...

Lalu aku perlahan menghilang
Dalam keinginan yang semakin berkurang
Hingga memang...


---kodok---

Kamis, 12 Januari 2017

Kemarin, sekarang dan entah sampai kapan

Sisi manusia ku mengalami satu pengurangan bahkan penurunan, menurut ukuranku sendiri. Aku tak mampu membedakan logika dengan rasa dalam logika itu sesungguhnya.

Dalam heningnya ruang berbatas ukuran sekian meter persegi ini, aku menyatakan bahwa aku kehilangan sebagian besar status "rasa" ku. Yang aku tak tahu bagaimana seharusnya, bagaimana idealnya.

Sedikit menghirup udara malam yang tak sehat bagi kesehatan *katanya*, ditemani dengan beberapa batang rokok, yang juga tak sehat *katanya dan aku sedikit yakin, tapi sudahlah*, aku bs berfikir mungkin lebih luas ketimbang sebelumnya...

Tidak ada drama, hanya kepekaan saja. Mungkin aku menyikapinya agak berlebihan. Aku tenggelam, hampair tak sanggup bangun, tapi aku mau.

Aku jadi manusia yang berbeda selama beberapa bulan yang menakjubkan ini. Aku belajar banyak hal, bukan dari buku, tapi dari "berbagi"...

Namun, apa?

Berhenti mencari jawaban, berhenti berharap dijawab, dan berhentimenjadi palsu. Karena ternyata apa yang kuacari sesungguhnya pun mencari aku.

Biasakan tersenyum. Hanya tersenyum saja, apapun itu..
Berikan ruang, *katanya*

Apun predikatku, yang aku yakin cuma 1, Allah swt itu "ada" jadi stop berargumen tentang apapun, He is the best planner, director dkk...





Senin, 09 Januari 2017

Dalam satu keyakinan

Aku tak berjalan sebelum aku merangkak

Nafasku tersengal, aku tak berlari

Dalam satu keyakinan


Ketika hidup berkata "berhenti", DIA berbisik "berjalanlah"

Aku tak ingin ada keinginan

Cukup...

Aku tak ingin... ada keinginan...

Cameo...

Dalam satu keyakinan


Kenapa tak bisa kau lihat???

Aku hampir tak bergerak

Katamu bisa merasakan? Lihatlah... coba lihat...

Ini rumahku, masuklah kedalamnya dengan ketulusan

Dalam satu keyakinan

----------


Selasa, 03 Januari 2017

Meratapi kebahagiaan

Dibawah daun ...
Ada bulan bersinar terangnya..,
Lalu mengapa hujan?
Dia disisi ku, jadi nya indah...

Kufahami tekstur wajahnya..
Gerak tubuh hingga ritme nafasnya..
Subhanallah.. jiwaku tertinggal disana.. iya disana..

Daun.. angin.. hujan... dia...
Indah...

Lalu senyumku terrenggut.. sesuatu merebutnya dari ku..
Dia menghilang seketika.. hanya seketika..
Lalu kembali lagi padaku..
Pedih,, Tuhanku, lalu aku harus apa?

Menari saja.. membawa nada Mu dalam darahku
Membiarkannya tenggelam dalam detak jantungku..
Merelakannya menetes dalam ratapan kebahagiaan...

Aku dekap Kau atas keindahanMu..
Sempitnya waktu akan kunikmati, memujaMu dalam keheningan..
Merelakan ketentuanMu, meski pedih..
Tuhan... aku mohon, cintai lah orang yang mencintaiku karena Mu...

---kodok----





Kadang mungkin mengikhlaskan sesuatu adalah jalan yg teraman dan ternyaman. Tubuh terasa dipenuhi "keakuan" tak mampu mengangkatnya satu persatu.
Bahkan sering terlupa bahwa hidup tak selamanya tertuju kepada satu arah pandang. Menikmati rasa bukan mencoba.. mensyukuri saat, bukan memaksa...

Lalu bertanya tanpa harapan. Helpless... layaknya sayap pada burung yang tak tau dibawa kemana, terbang saja. Segala sesuatu akan memilih jalannya. Maka tak harus dipaksa. Meski hanya oleh rasa.

Buka mata, jelaskan pada NYA bahwa tak perlu memohon pun DIA tau apa yg ada. Elegi yang tercipta hanya kreasi manusia. Bahkan denyut nadi dapat dimanipulasi, tapi jiwa, begitu adanya. Biarkan memilih. Bermain dalam keprematuran sangat riskan. Menari lah, tapi bayangkan dulu musiknya.. seperti itu saja... dia pasti tauu.. dia pastii tauuu.. dan Ia mengijinkannya..