Selasa, 27 Desember 2016

Memanusiakan Diri

Tuhanku...
Sesungguhnya aku, KAU sudah tau...
Tangisku pun, KAU sudah tau...
Inginku juga, KAU sudah tau...

Tuhanku...
Aku hancur, KAU pun tau...
Aku terkoyak, aku lemah, KAU pun tau...
Aku tak berdaya, lalu kataMU "kau bisa, itulah kenapa AKU menempamu..."

Tuhanku...
Haruskah aku mengadu, jika KAU sudah tau?

Tuhanku...
Aku begitu terpuruknya...
Seolah KAU menjauh dariku...
Aku terasing...
Aku taaakkuuutt...

Tuhanku...
Sudikah KAU matikan hati ini untuk merasa kepada yang selain diriMU?
PelukanMU, genggamanMU, bisikanMU, itu saja...
Aku lelah... Aku enggan berjalan lagi...
Aku enggan terluka lagi...
Aku muak... Ampun Tuhan... Aku muak akan dunia...
Ampun Tuhan...
Aku muak akan kemunafikan dunia...
Aku muak akan kemunafikanku...
Aku muak akan kekuranganku dimata manusia...
Ampun Tuhan... Ampun...

Tuhanku...
Darah dagingku semangatku, sisa nafasku, sisa mimpiku, sisa harapku...
Tiupkan nafasMU ke jiwa ku yang hampir mati,, yaa Tuhan...

Tuhanku...
Aku tak mau jauh...
Aku...

----fy----


Sisi manusia dari seonggok daging yang dinamakan 'manusia' kadang terlupa. Menyatu dengan segala kecongkakan nafsu dunia. Lalu dengan mudahnya menghempaskan segala logika.
Bicara rasa, bicara jiwa, bagaikan daun yang tak ayal nya lentera, akan mati juga.

Hanya bisa bersandar kepada satu kesadaran yang  berdasar iman. Jika lemah dan jika kuat, bisa kah tetap bersandar?
Berpijak pada satu keyakinan bahwa segala sesuatunya akan berlalu, namun seberapa besar itu akan menjadi tumbukan, gunakan logika. Logika, bukan kemunafikan. Jika memang merasa, maka katakan dan jalani. Jika logika berkata tidak, tanyakan kembali kepada hati, jiwa dan rasa. Biarkan kesemuanya bekerja dengan restu NYA, dan jalanilah. Tidak ragu, yakin.

Beban yang berat adalah hanya simulasi hidup. Jika itu bisa dilalui, maka hidup yang sebenarnya adalah telah dijalani.

Aku tak pandai bicara, hanya bisa merangkai kata. Bukan karena tatanan kata, tapi tatanan jiwa...
Aku akan menangis disaat hatiku tersentuh dan jiwaku mengijinkannya. Aku akan tertawa jika isi kepalaku tiba2 menginginkannya. Dan aku akan berhenti disaat hati dan jiwaku berkata 'cukup'...


Siapa aku, hanya segelintir dan aku dan Tuhanku yang tau, namun predikat dan reputasi ku hanya sebatas anda menilainya. Dan biar kukatakan sekarang, aku tak perlu anda menilainya, karena tak akan cukup satuan yang akan anda gunakan sebagai ukuran. Maka biarkan saja...

Satu sisi dunia ku terisi, telah terisi, tapi aku terhempas didalamnya

1 komentar: