Minggu, 02 April 2017
Aku hanya perlu bersyukur dan melihat tanpa mata
Lalu mencoba membandingkan ke dalam. Bicara dengan beberapa tukang yang sedang membangun rumah di sebelah rumah ku. Mereka bersyukur dan berbahagia atas apa yang sedang mereka jalani. Bisa menghidupi keluarga meski dengan tenaga yang tak imbang dengan yang mereka keluarkan. Menurutku.. Tapi setidaknya mereka tak menjadikan itu ukuran untuk penghasilan dan pemasukannya.
Dan seorang teman jauh tiba2 datang, sudah berkali2 hilang ditelan alam dan muncul lalu kembali hilang. Out ouf space. Kami bicara lumayan lama semalaman hingga pagi tiba. Dia sama persis seperti teman ku yang adalah kenalan seorang teman juga.
Kemudian dia duduk di lantai dan berkata “alam itu indah dan tidak memiliki kejahatan sedikitpun. Aku selalu diterima.” Lalu aku tanya “niatmu memperbaiki hidup untuk mengurus ibu bapakmu lalu kamu serahkan sama alam?”… Dengan santai nya dia berkata “aku cuma harus minta sama Sang Penguasa alam, agar alam mengijinkanku memanfaatkannya untuk mengurus ibu dan bapakku dalam kesederhanaan, kebahagiaan dan kecukupan. Semua ada di sini put.” *sambil menunjuk ke angin sekitarnya nya*.
Lalu aku temukan arti yang besar di sana. Lalu ku ceritakan semua yang sedang kualami. Hampir semuanya. Lalu dia terdiam dan hanya berkata atas panjang lebar ku itu, “cinta itu luas, ibu bapak anak saudara teman kekasih, kita hanya perlu merasakannya tanpa keinginan untuk dibalas. Maka alam yang berbicara. Rasa sakit dan kecewa hanya akan menjadi hiasan, relakan saja, biar Sang Penguasa alam memainkan perannya, lalu liat kedepan, biarkan daun dan hujan yang menggantikannya dengan ribuan cinta yang luas.”
Jadi aku… Mengapa banyak ombak di laut, mengapa tak hanya diam, karena alam mengijinkannya untuk bersatu dengan partikel lain, tanah, pasir, mahluk hidup lainnya, udara, bahkan hal2 gaib di dalamnya. Mengapa hujan selalu datang dan pergi, karena tujuannya hanya memberikan kebahagiaan, jika kita mau melihatnya. Tapi manusia mengijinkan untuk merusaknya dan lalu berlebihan memukul ke dalam kehidupan. Pohon, daun, bahkan semak, mereka menggantikan kekecewaan dengan keadilan bagi seluruh manusia, bernafas lega dan mensyukuri nafas itu sendiri.. Banyak menghukum diri sehingga lupa nikmatnya bernafas.
Aku tak mencoba memotivasi diri ku pada saat ini, tapi tulisanku hanya sebagai rasa syukur ku atas warna kehidupan yang tergores begitu banyaknya di dalam kertas perjalanan ku. Aku tak lagi mau berjuang demi keinginanku, biar saja, aku jalani peran ini, berdoa untuk kasih sayang NYA dan memberikan kasih sayang ku untuk cinta2 yang luas... penuh manusia dengan ketidak ada an… Yang menurutku tidak ada. Mereka merasa cukup dan bahagia. Setidaknya disaat mata ini melihat.
Langganan:
Komentar (Atom)